Pada hari Sabtu Tanggal 11 November 2023 Perangkat Desa dan BPD se-Kecamatan Kalimanggis melakukan kunjungan sekaligus Studi tiru keMerapi Farm Cangkringan dan Mina Padi Sambirembe.
Merapi Farm yang dikomandani Dani tak hanya terhenti pada penggemukan domba dan kambing saja. Petani milenial asal Sleman, Yogyakarta ini terus mengepakkan sayap bisnisnya dengan mengembangkan feedmil. Usaha pakan ternak ini fokus memproduksi konsentrat penggemukan domba kambing, konsentrat kambing perah, breeding, sapi potong dan completefeed domba kambing potong maupun perah.
“ Untuk penggemukan domba dan kambing ini kami tak perlu menyediakan rumput. Usaha kami (Merapi Farm) sudah terintegrasi dengan feedmil. Kami bekerjasama dengan Fakultas Peternakan UGM mengembangkan feedmil".
Di bawah naungan jogjafeed inilah, usaha pakan ternak domba dan kambing dikembangkan. Mengusung tagline “Beternak Tanpa Ngarit “, produksi pakan ternak domba dan kambing sudah merambah di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Menurut Dani, usaha ternak domba dan kambing di Kota Pelajar ini sangat potensial, marketnya masih terbuka lebar, seiring menjamurnya usaha kuliner di Kota Gudeg ini. Dani mencontohkan, untuk memenuhi permintaan pelanggan penjual sate di Yogyakarta, Merapi Farm tiap minggu baru mampu memasok sebanyak 50 ekor kambing.
Dani mengakui, dari populasi usaha penggemukan kambing dan breeding kambing yang dikelolanya sementara ini masih untuk memenuhi pasar kuliner di Yogyakarta. “ Di Yogyakarta ini peluang pasarnya besar, sehingga kami belum mampu memenuhi semuanya,” ujarnya.
Menurutnya, untuk permintaan penjual sate, umumnya domba dan kambing ukuran kecil dengan harga Rp 1 juta per ekor. Sedangkan untuk permintaan Idul Adha, memang kambing yang besar.
Kendati sudah ada pelanggan tetap tiap hari/minggunya, Merapi Farm masih mengembangkan usaha penggemuka domba dan kambing untuk memenuhi permintaan Idul Adha. Hal itu dikarenakan pasarnya potensial dan harganya jualnya juga tinggi. Untuk 1 kg daging kambing harganya mencapai Rp 75 ribu-Rp 80 ribu. “ Kalau untuk Idul Adha 1 ekor domba dan kambing harganya antara Rp 2,5 juta - Rp 10 juta. Hanya saja momentnya setahun sekali,” katanya.
Merapi Farm yang berlokasi di Dusun Balong Wetan RT/02/RW13, Plosorejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta hingga saat ini terus fokus mengembangkan usaha ternak domba kambing. Selain penggemukan domba, Merapi Farm juga melakukan breeding domba, dan mengembangkan kambing perah dari hasil silangan.
Dani mengaku, untuk memulai usaha ternak domba dan kambing tidaklah mudah. Persoalan pertama adalah terbatasnya modal. Pada awal usahanya Dani sempat menjual motor dan pinjam uang ke salah satu BPR. Uang hasil jual motor dan pinjaman bank itu kemudian dipakai membuat kandang dan membeli kambing.
Guna mengembangkan usaha penggemukan domba dan kambing perlu tambahan modal. Pada tahun 2017/2018 lalu, Dani mengajukan KUR ke salah satu bank dengan plafon kredit Rp 25 juta. Lantaran tak cukup untuk mengembangkan usaha, beberapa tahun kemudian mengajukan KUR dengan plafon Rp 300 juta (bunga 6 persen/tahun).
Menurutnya, kalau usaha ternak sesuai dengan jalannya dan terbuka dan bermitra dengan banyak orang akan dimudahkan. Pastinya, untuk mengembangkan usaha ternak domba dan kambing harus ada jaringan pemasaran, terus berbenah dan berkolaborasi dengan pihak lain (swasta dan pemerintah).
Berkat jerih payah yang dilakukan selama delapan tahun ini, akhirnya Merapi Farm yang dibangun Dani sudah membuahkan hasil gemilang. “ Paling tidak, kami sudah ada pelanggan, sehingga produk yang kami hasilkan bisa dijual secara terjadwal. Kami pun bisa membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar,” pungkasnya.
Penyemprotan desinfektan di seluruh lingkungan kandang Merapi Farm Cangkringan. Hal ini dilakukan untuk mencegah berkembangnya virus dan sumber penyakit lain yang dapat membahayakan ternak dan manusia yang juga merupakan salah satu bagian dari sanitasi kandang ternak ruminansia.
Penting untuk memahami bahwa air bukan hanya elemen penting dalam perawatan hewan ternak, tetapi juga sebagai komponen utama dalam tubuh mereka. Dalam hal ini, air adalah unsur utama yang memungkinkan semua fungsi tubuh hewan ternak berjalan dengan baik. Konsumsi air yang cukup adalah kunci untuk menjaga proses pencernaan, dan pertumbuhan yang sehat pada hewan ternak.
Ada hal menarik dari studi tiru desa-desa di kecamatan Kalimanggis. Jadi Kampung Mina Padi Sambirembe memiliki konsep pertanian yang berbasis technopark. Konsep ini dipadukan dengan tempat wisata, edukasi, pertanian terpadu, outbound, Pasar ikan dan kuliner. Inovasi ini, dipelopori oleh masyarakat setempat dan para pemuda untuk ikut serta dalam mengembangkan pertanian dengan dukungan teknologi yang ada. Jadi, jangan malu bagi generasi milenial untuk terus mengembangkan sektor pertanian yang ada disekitar kita. Karena, "Menanamlah maka engkau akan menyelamatkan kehidupan.
"Studi Tiru Budidaya Mina Tanaman ini menjadi terobosan Desa Partawangunan dalam upaya meningkatkan wawasan dan ketrampilan petani di Desa Partawangunan. Dari studi tiru yang digelar di Kampung Mina Padi milik Kelompok Pembudi daya Ikan (Pokdakan) Mina Muda Samberembe Candibinangun Pakem-Sleman itu, peserta studi tiru tampak sangat termotivasi untuk bisa segera menerapkan teknologi budidaya Mina Tanaman seperti Mina Padi, Mina Cabai dan Mina Timun di lahan masing-masing. Pasalnya, teknologi budidaya Mina Tanaman itu diyakini mampu memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani. Bahkan untuk budidaya Mina Timun bila dikonversi, hasilnya berpotensi mencapai Rp 180 juta/ha.
Adalah Satriyanta, Ketua Pokdakan Mina Muda dusun Samberembe desa Candibinangun, kecamatan Pakem Kabupaten Sleman sekaligus penggiat budidaya Mina Padi. Kepada saudara-saudara taninya dari Kota Magelang, pemuda usia 40 tahunan yang akrab disapa Timbul itu bercerita pengalaman perjalanan budidaya mina padi di kampungnya awalnya tak berjalan mulus. Usaha yang dirintis dalam 5 tahun terakhir itu mulanya juga menemui kegagalan sebagaimana usaha-usaha rintisan lainnya. Namun kenyataan pahit itu tak membuatnya dan anggota pokdakan menjadi patah semangat. Terus mencoba dan mencoba hingga berhasil, begitu kira-kira yang ia pedomani.
Dibawah pendampingan Fransiskus Making Ero, Penyuluh Perikanan Candibinangun, jerih payahnya mulai membuahkan hasil yang menggembirakan. Pelan tapi pasti hasil secara ekonomi mulai dapat ia dirasakan bersama keluarga 3-4 tahun terakhir. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, Timbul mulai berani mengkombinasikan usaha mina itu tak hanya dengan padi tapi juga dengan komoditas lainseperti cabai dan timun. Upaya tersebut untuk mengukur analisa usaha tani dan perbandingan biaya dan pendapatan yang akan diraih petani. Kesimpulannya ketiganya sama-sama menguntungkan.
Usaha budidaya mina padi dan variasinya pun dapat tumbuh berkembang dan diterima masyarakat di kampungnya. Kini sudah ada 3 hektar lahan sawah yang difungsikan dengan teknologi budidaya mina padi, mina cabai dan mina timun. Semua kegiatan dilaksanakan secara swadaya dengan harapan hasil produksi dan dampak ekonomi dapat dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat. Ia dan kelompoknya mulai melakukan perubahan tata kelola usaha dengan memanfaatkan skema permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Setiap lahan sawah dikelola masing-masing petani anggota. Namun petani yang kesulitan mengelola lahannya, pengelolaannya langsung ditangani pokdakan dengan dana KUR tersebut. Petani yang lahannya dikelolakan ke pokdakan bekerja dan menerima bagian hasil setelah panen. “Intinya win-win solution,”tegas Timbul.
Sejalan dengan perkembangan pariwisata di dusun Samberembe desa Candibinangun, Timbul bersama rekan-rekannya mulai melirik peluang lain, Kampung Mina Padi. Kampung Mina Padi yang dibangunnya mulai dilinkkan dengan konsep wisata dan padat teknologi, bergabung dengan kelompok besar, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang juga beranggotakan sejumlah organisasi masyarakat lainnya seperti Kelompok Wanita Tani, Karang Taruna, Pengelola Homestay, Outbond dan Kelompok Pengrajin Batik. Selain agar semakin banyak kunjungan tamu dari dalam dan luar daerah, Timbul juga berharap generasi millenial lebih tertarik menekuni dunia pertanian dan perikanan berkonsep wisata sebagai usaha yang menjanjikan di masa depan.
Timbul yang bulan lalu berkesempatan mempresentasikan Teknologi Budidaya Mina Padi di hadapan delegasi Malaysia itu juga menceritakan flashback pengalaman pribadinya mengelola lahan sawah seluas 3000 meter persegi milik orangtuanya. Diakui selama 20 tahun dirinya berusaha tani murni padi sawah, ia tak mampu berkembang secara ekonomi, bahkan cenderung stagnan. Dalam perkembangannya melalui ide kreatif dan inovasi pribadi, akhirnya Timbul mulai mencoba mina padi di lahan seluas 1000 meter persegi. Di lahan tersebut ia mampu meraup tambahan hasil 6 juta dari hasil pembesaran ikan konsumsi. “Kalau biasanya saya tanam padi menghasilkan 8 kuintal gabah kering panen (GKP) dengan nilai sekitar Rp 3,2 juta, kini dengan usaha mina padi penghasilan saya bertambah 6 juta dari hasil pembesaran ikan tanpa mengurangi hasil padi (tetap Rp 3,2 juta),”katanya.
Lain halnya dengan Mina Cabai dan Mina Timun. Pengalaman Timbul mengusahakan Mina Cabai di lahan seluas 500 meter persegi mampu menghasilkan hasil kombinasi cabai 20 kali panen (harga cabai Rp 35 rb/kg) senilai Rp 4 juta plus bibit ikan nila merah 50 kg senilai Rp 2 juta rupiah dalam kurun waktu 4 bulan. Lebih istimewa lagi apa yang ia dapat dari Mina Timun. Dari Mina Timun seluas 500 meter persegi, hanya dalam kurun waktu 2,5 bulan saja, Timbul mampu meraup uang Rp 9 juta (bila dikonversi Rp 180 juta/ha) hanya dengan modal Rp 4,5 juta. Rinciannya Rp 6 juta dari hsil panen timun jenis semi baby (panen setiap hari selama 36 kali, harga Rp3.500/kg). Sisanya Rp 3 juta diperolehnya dari panenan bibit ikan. “Coba sekarang bandingkan dengan hasil panen padi dari luasan 500 meter persegi, yang hanya Rp 1,25 juta,”ungkapnya.
Sejumlah petani yang mendengar penjelasannya terkesiap setengah tak percaya. Mereka sangat antusias untuk mencobanya di Kota Magelang. Melihat respon positif petani, M. Makfud, Kasi Ketersediaan dan Distribusi Pangan pada Disperpa menjanjikan tindak lanjut kegiatan dengan merealisasikan kegiatan demplot di areal persawahan Gapoktan Agung Tuk Sari Kelurahan Cacaban dan Gapoktan Sri Rejeki Kelurahan Magelang. Waktu pelaksanaan kegiatan direncanakan akhir September hingga awal Oktober 2019. Saat ini lahan di kedua lokasi masih dalam tahap persiapan. Kedua lokasi demplot diharapkan dapat menginisisasi tumbuhnya Kampung Mina Padi, Mina Cabai bahkan Mina Timun di Kota Magelang.